8 Sya'ban 1434 H
Suatu hari di
sebuah desa terlihat sepasang suami istri petani sedang berjalan di pematang
sawah. Cuaca sedang gerimis saat itu. Sepasang suami istri itu saling
bergandengan tangan agar tidak terpeleset saat berjalan di tanah lumpur yang
licin.
Sesampai di tepi
jalan, dari kejauhan mereka melihat seorang pengendara sepeda motor sedang
melintas. Sang istri berkata kepada suaminya, “Enak kali ya kalau kita bisa
punya sepeda motor, bisa lebih cepat sampai ke rumah.”
Pengendara motor
itu terus melaju saat sebuah mobil mendahului pengendara sepeda motor itu.
Hujan gerimis membuat laju sepeda motor agak lambat. Sang pengendara terlihat
basah kuyub oleh air hujan. Dalam hati pengendara sepeda motor itu berkata, “Alangkah
nyamannya jika aku bisa mempunyai sebuah mobil, aku tidak harus
berbasah-basahan seperti ini.”
Pengemudi mobil
itu terus melaju. Sesaat kemudian ia memperlambat laju mobilnya saat melihat
suami istri petani itu akan menyeberang jalan. Sambil tetap bergandengan mereka
melambaikan tangan, tanda terima kasih kepada pengemudi mobil karena telah
memberi kesempatan mereka menyeberang jalan. Dalam hati sang penyemudi mobil
itu berkata, “Alangkah mesranya kedua petani itu, mereka berjalan bergandengan
tangan meski basah kuyub oleh hujan dan kaki penuh lumpur sawah, aku tidak
pernah merasakan kemesraan seperti itu bersama istriku yang selalu sibuk dengan
kegiatan di luar rumah.”
Begitulah. Setiap
kita selalu merasa bahwa orang lain lebih beruntung. Kita tidak pernah
menyadari bahwa apa yang kita miliki adalah yang terbaik bagi kita. Yakinlah
bahwa Allah Subhanahu Wata’ala tidak pernah salah dalam memberikan rizki kepada
hambanya. Maka selalu dan selalulahnkita bersyukur atas apa yang kita miliki.