8 Dzul Qai'dah 1434 H
Suatu
hari seorang penjual roti membeli satu kilogram tepung di sebuah toko. Dalam
perjalanan pulang, penjual roti itu merasa bahwa tepung yang ia bawa terasa
ringan. Ia ragu dan curiga tepung yang ia beli beratnya kurang dari satu
kilogram. Sesampai di rumah, penjual roti itu menimbang kembali tepung yang
baru ia beli. Dan benar, beratnya kurang dari satu kilogram. “Wah penjual
tepung itu curang,”ujarnya.
Ia
pun mendatangi pemilik toko itu. Namun pemilik toko tidak merasa bersalah. “Aku
tidak pernah berbuat curang, aku sudah menimbang tepung itu dengan benar,” kata
penjual tepung itu. “Tapi tepung yang aku beli beratnya kurang, kau curang,”
sahut penjual roti.
Kedua orang itu tetap tidak mau mengalah. Hingga akhirnya
mereka sepakat melaporkan permasalahan itu kepada hakim. Saat diruang pengadilan, hakim kembali
menimbang tepung dan hasilnya kurang dari satu kilogram. “Apakah kau tidak
menimbang tepung ini sebelum kau jual,”tanya hakim kepada pemilik toko.
“Tentu
saja aku selalu menimbang sebelum menjualnya,” kata pemilik toko itu. Namun ia
tidak menggunakan anak timbangan sebagai penakar. “Lalu dengan apa kau
menggunakan benda sebagai penakar timbanganmu,” tanya hakim.
“Aku
menggunakan roti yang kubeli dari penjual roti itu, aku membeli satu kilogram
roti dan menggunakanya untuk menimbang satu kilogram tepung,”jawab pemilik
toko.
Penjual
roti itu merasa malu. Ia hanya bisa tertunduk saat hakim berkata, ”Masalah
selesai.”
Seringkali
kita begitu mudah menyalahkan orang lain. Kita sering tidak menyadari bahwa
perbuatan kitalah yang menjadi penyebab orang lain melakukan kesalahan.