Selasa, 04 Juni 2013

Kisah Petani dan Penjual Sate

25 Rajab 1434 H


Di ujung sebuah jalan terdapat sebuah warung sate. Setiap hari warung itu ramai dikunjungi pembali. Tak jauh dari warung itu tinggallah seorang petani miskin. Setiap hari sebelum makan ia selalu membawa nasi ke warung sate itu. Bukan untuk membeli, tapi ia mendekatkan nasinya ke pemanggang sate. Ia berharap asap dan bau sate akan membuat nasinya terasa lebih sedap. Hingga akhirnya kebiasaan itu diketahui oleh penjual sate itu. 


 “Hey, apa yang kau kerjakan disini,”kata penjual sate itu
 “Aku tidak punya uang untuk membeli satemu, aku berharap asap satemu bisa membuat nasiku lebih nikmat,”kata petani itu 

"Kau harus membayarnya, itu tidak gratis,"kata penjual sate itu. Petani itu menolaknya, ia merasa tidak mengambil apapun dari warung sate itu. Mereka berdua bersikukuh dengan pendapatnya masing-masing. Akhirnya mereka sepakat untuk melaporkan hal itu kepada hakim.


Setelah mendengar keterangan petani dan penjual sate, hakim memutuskan bahwa petani itu harus membayar kepada penjual sate. Petani itu terkejut namun tidak bisa menolak. Ia pun membayar dengan uang koin yang ia miliki. Hakim meminta petani itu memasukkan uang koin ke dalam sebuah kotak. 


Hakim lalu menggoyang-goyangkan kotak berisi uang koin hingga terdengar suara gemerincing, seraya berkata,“Hey penjual sate, ini pembayaran untuk mu.” Lalu ia mengambil uang koin dan mengembalikannya kepada petani miskin itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar