25 Rajab 1434 H
"Kau harus membayarnya, itu tidak gratis,"kata penjual sate itu. Petani itu menolaknya, ia merasa tidak mengambil apapun dari warung sate itu. Mereka berdua bersikukuh dengan pendapatnya masing-masing. Akhirnya mereka sepakat untuk melaporkan hal itu kepada hakim.
Di ujung sebuah
jalan terdapat sebuah warung sate. Setiap hari warung itu ramai dikunjungi
pembali. Tak jauh dari warung itu tinggallah seorang petani miskin. Setiap hari
sebelum makan ia selalu membawa nasi ke warung sate itu. Bukan untuk membeli,
tapi ia mendekatkan nasinya ke pemanggang sate. Ia berharap asap dan bau sate
akan membuat nasinya terasa lebih sedap. Hingga akhirnya
kebiasaan itu diketahui oleh penjual sate itu.
“Hey, apa yang kau kerjakan disini,”kata penjual
sate itu
“Aku tidak punya uang untuk membeli satemu,
aku berharap asap satemu bisa membuat nasiku lebih nikmat,”kata petani itu "Kau harus membayarnya, itu tidak gratis,"kata penjual sate itu. Petani itu menolaknya, ia merasa tidak mengambil apapun dari warung sate itu. Mereka berdua bersikukuh dengan pendapatnya masing-masing. Akhirnya mereka sepakat untuk melaporkan hal itu kepada hakim.
Setelah mendengar keterangan petani dan penjual sate, hakim memutuskan
bahwa petani itu harus membayar kepada penjual sate. Petani itu terkejut namun
tidak bisa menolak. Ia pun membayar dengan uang koin yang ia miliki. Hakim
meminta petani itu memasukkan uang koin ke dalam sebuah kotak.
Hakim lalu menggoyang-goyangkan kotak berisi uang koin hingga terdengar
suara gemerincing, seraya berkata,“Hey penjual sate, ini pembayaran untuk mu.”
Lalu ia mengambil uang koin dan mengembalikannya kepada petani miskin itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar