14 Rabi'ul Akhir 1433H
Di sebuah bukit adalah sebuah pohon jambu. Di dalam tanah di bawah pohon
jambu tersebut hiduplah sebuah koloni semut yang dipimpin oleh Ratu Semut.
Sayangnya anggota koloni semut itu tidak bisa hidup rukun. Semut besar dan
semut kecil saling mengejek dan menyepelekan satu sama lain. Ratu Semut sudah
berusaha mendamaikan mereka. Namun usahanya selalu gagal.
Hingga suatu hari turunlah hujan deras. Para semut yang sedang mencari
makan segera berlari menuju sarangnya. Mereka meninggalkan makanannya agar bisa
berlari cepat menghindari air hujan. Akibatnya mereka persediaan makanan di
dalam sarang habis.
Tiba-tiba terdengar suara yang sangat keras. Sebuah jambu besar jatuh dan
menutup pintu keluar sarang tersebut. Ruangan pun menjadi gelap. Ratu semut
memerintahkan semua semut diam di tempatnya, jangan ada yang bergerak agar
tidak ada kegaduhan dan saling injak.
Hingga tibalah saat makan. Ratu semut memerintahkan agar semua semut saling
berpegangan tangan. Lalu makanan dibagikan dengan cara bergilir, berpindah dari
satu tangan ke tangan yang lain. Begitulah seterusnya hingga semua anggota
koloni kebagian makan malam.
Hari berganti, buah jambu yang selama beberapa hari menutup lubang semut
telah bergeser. Sehingga cahaya matahari kembali menerangi sarang semut itu.
Para semut bergembira. Dalam keembiraan itu mereka baru menyadari bahwa selama
beberapa hari mereka saling berpegangan tangan dan saling menjaga satu sama
lain.
Sambil tersipu malu, akhirnya mereka saling berpelukan dan berterima kasih.
Mereka akhirnya menyadari bahwa permusuhan yang selama ini mereka lakukan tidak
ada manfaatnya. Justru sikap saling menghormati dan menyayangi justru membawa
banyak manfaat.
Sejak saat itu masing-masing anggota koloni hidup rukun dan saling
menghormati. Semut besar dan semut kecil saling membantu dalam mengumpulkan
makanan.
perdana nih sob.. sekedar berkunjung.. salam kenal nih
BalasHapusterima kasih kunjungannya mas. Iya nich mas, baru belajar ngeblog......
Hapus